Search This Blog

Thursday, April 27, 2017

Makalah sistem pemerintahan pada masa daulah umayyah PAI UIN RF

A.  Sistem Pemerintahan Pada Masa Daulah Umayyah
Daulah Bani Umayyah mengambil nama keturunan dari Umayyah ibnu abdi Syams ibn abdi Manaf. Dia seorang yang terkemuka  dalam persukuan Quraisy di zaman jahiliyah, bergandingan  dengan pamannya Hasyim ibnu Abdi Manaf. Diantara Umayyah dengan Hasyim adalah dua sosok yang paling keras dalam merebut kedudukan kalangan Quraisy.
Daulah Umayyah berdiri pada tahun 661 M s.d 750 M. Meskipun daulah ini kurang dari satu abad, tetapi pencapaian ekspansi sangat luas. Ekspansi ke negeri – negeri yang sangat jauh dari pusat kekuasaan islam dilakukan dalam waktu kurang dari setengah abad. Ini tentunya merupakan  kemenangan yang sangat menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah mempunyai pengalaman politik yang memadai.
Pendirian daulah ini, berawal dari masalah tahkim yang menyebabkan perpecahan dikalangan pengikut Ali, yang berakhir dengan kematiannya. Sepeninggalan Ali itu sebenarnya masyarakat secara beramai – ramai membaiat Hasan putra Ali untuk menjadi khalifah. Tetapi Hasan memang kurang berminat untuk menjadi Khalifah. Karena itu setelah Hasan berkuasa dalam  beberapa bulan, Mu’awiyah meminta agar jabatan khalifah diberikan kepadanya, Hasan kemudian menyetujui permintaan tersebut dan memberikan beberapa persyaratan kepada Mu’awiyah. Dengan demikian jabatan Khalifah dilimpahkan secara penuh kepada Mu’awiyah. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan istilah amul jama’ah, atau tahun persatuan umat islam. Sejak itulah Mu’awiyah resmi menjadi kholifah baru umat islam yang berpusat di Damaskus. Adapun syarat yang di kemukakan oleh Hasan adalah jaminan hidup, dan ketika Mu’awiyah meninggal supaya jabatan itu diserahkan kembali kepadanya.
Langkah awal yang diambil oleh Mu’awiyah adalah memindahkan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus. Hal ini dapat dimaklumi karena jika dianalisa setidaknya ada 2 faktor yang mempengaruhi, yaitu di Madinah sebagai pusat pemerintahan khulafaurrasyidin sebelumnya, masih terdapat sisa – sisa kelompok yang antipati terhadapnya. Sedangkan di Damaskus pengaruhnya telah menciptakan nilai simpatik masyarakat, basis kekuatannya cukup kuat.
Kemudian, Mu’awiyah melakukan penggantian sistem kekhalifahan kepada sistem kerajaan (Monarchi absolut). Sehingga pergantian pemimpin dilakukan berdasarkan garis keturunan (monarchi heridetis), bukan atas dasar demokrasi sebagaimana yang terjadi di zaman sebelumnya. Model pemerintahan yang di tetapkan oleh Mu’awiyah ini banyak di ambil dari model pemerintahan Byzantium. Karena Syiria pernah dikuasai Byzantium selama kurang lebih 500 tahun sampai kedatangan islam, sedang Damaskus menjadi pusat pemerintahannya.
Pada masa Mu’awiyah mulai diadakan perubahan – perubahan administrasi pemerintah, dibentuk pasukan bertombak pengawal raja dan dibangun bagian khusus di dalam masjid untuk pengamanan tatkala dia menjalankan shalat. Mu’awiyah juga memperkenalkan materai resmi untuk pengiriman memorandum yang berasal dari Khalifah. Para sejarawan mengatakan bahwa di dalam sejarah Islam, Mu’awiyah lah yang pertama – tama mendirikan balai–balai pendaftaran dan menaruh perhatian atas jawatan pos, yang  tidak lama kemudian berkembang menjadi suatu susunan teratur, yang menghubungkan berbagai bagian negara.
Pada masa Bani Umayyah dibentuk semacam dewan sekertaris negara (Diwan al-kitabah) untuk mengurus berbagai urusan pemerintahan, yang terdiri dari lima orang sekertaris yaitu:  katib ar – Rasail, katib al – Kharraj, katib al – Jund, katib asy – Syurtah dan katib al – Qodi. Untuk mengurusi administrasi pemerintahan di daerah, diangkat seorang Amir al – Umara (Gubernur jenderal) yang membawahi beberapa  “amir” sebagai penguasa suatu wilayah.
Dinasti Umayyah yang ibukota pemerintahannya di Damaskus, berlangsung selama 91 tahun dan diperintah oleh 14 orang khalifah, mereka itu ialah :
Mu’awiyah ibn Abi Sufyan (661 – 680)
Yazid ibn Mu’awiyah (680 – 683)
Mu’awiyah II ibn Yazid (683),
Marwan ibn hakam (683 – 685)
Abdul malik ibn Marwan (685 – 705)
Walid ibn Abdul Malik (705 – 715)
Sulaiman ibn Abdul malik (715 – 717)
‘Umar ibn Abdul ‘Aziz (717 – 720)
Yazid II ibn Abdul Malik (720 – 724)
Hisyam ibn Abdul Malik (724 – 743)
Walid ibn Yazid ibn Abdul Malik (743 – 744)
Yazid III ibn Walid ibn Abdul Malik (744)
Ibrahim (744)
Marwan II ibn Muhammad ibn Marwan ibn Hakam (744 – 750).
Pada masa Abdul Malik ibn Marwan, jalannya pemerintahan ditentukan oleh empat departemen pokok (Diwan). Ke empat departemen (kementrian) itu ialah :
Kementrian pajak tanah (diwan al – kharraj) yang tugasnya mengawasi departemen keuangan.
Kementrian khatam (diwan al – khatam) yang bertugas merancang dan mengesahkan ordonasi pemerintah. Sebagaimana masa Mu’awiyah telah diperkenalkan materai resmi untuk memorandumdari Kholifah, maka setiap tiruan dari memorandum itu dibuat kemudian ditembus dengan benang, disegel dengan lilin, yang akhirnya dipres dengan segel kantor.
Kementrian surat menyurat (diwan al – rasail), dipercayakan untuk mengontrol permasalahan di daerah – daerah dan semua komunikasi dari gebernur – gubernur.
Kementrian urusan perpajakan (diwan al mustagallat)
Bahasa administrasi yang berasal dari bahasa Yunani dan Persia diubah dalam bahasa Arab dimulai dari Abdul Malik pada tahun 85 / 704. 
Dilihat dari perkembangan kepemimpinan ke – 14 Khalifah tersebut, maka periode Bani Umayyah dapat dibagi menjadi 3 masa : permulaan, kejayaan dan keruntuhan. Masa permulaan ditandai dengan usaha–usaha Mu’awiyah meletakkan dasar – dasar pemerintahan dan orientasi kekuasaan; pembunuhan terhadap Husain ibn Ali, perampasan kota Madinah, penyerbuan kota Makkah pada masa Yazid I, dan perselisihan antara suku – suku Arab pada masa Mu’awiyah II.
Kejayaan Bani Umayyah dimulai pada masa pemerintahan Abdul Malik. Dia dianggap sebagai pendiri daulah Bani Umayyah ke dua. Karena mampu mencegah disintegrasi yang telah terjadi sejak pada masa Marwan. Sebagai seorang ahli tatanegara dan administrator ulung, Abdul Malik berhasil menyempurnakan administrasi pemerintah Bani Umayyah. Masa penggantinya, Walid I merupakan periode kemenangan, kemakmuran dan kejayaan. Negara islam meluas ke daerah barat dan timur, beban hidup masyarakat mulai ringan, pembangunan kota dan gedung – gedung umum seperti masjid dan perkantoran mendapat perhatian yang cukup serius.
Kejayaan Bani Umayyah berakhir pada masa pemerintahan Umar ibn Aziz (umar II). Dia terpelajar dan taat beragama. Dia juga pelopor penyebaran agama islam. Beberapa sejarawan mengatakan bahwa pemerintahannya termasyhur seperti halnya pemerintahan orthodox yaitu pemerintahan Abu Bakar dan Umar. Akan tetapi pemerintahanya hanya bertahan selama 2 tahun 5 bulan.
Sepeninggalan Umar II kekhalifahan mulai melemah dan akhirnya hancur. Para Khalifah pengganti Umar II selalu mengorbankan kepentingan umum untuk kesenangan pribadi. Perselisihan diantara putera mahkota, serta antara pemimpin daerah merupakan sebab – sebab lain yang menyebabkan kehancuran kekuasaan Bani Umayyah. Abu al Abbas mengadakan kerjasama dengan Kaum Syiah. Pada tahun 750 M pertempuran terakhir antara pasukan Abbasiah yang dipimpin Abu Muslim al – Khurasani dan pasukan Mu’awiyah terjadi di Irak. Yang mana waktu itu kepemimpinan Bani Umayyah dipegang oleh Marwan II. Tidak lama kemudian Damaskus jatuh ke tangan kekuasaan Bani Abbas.
Runtuhnya Bani Umayyah di Damaskus dimulai dari Khalifah Yazid II sampai khalifah Marwan II. Disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
Perselisihan antar putra mahkota.
Permusuhan antar suku-suku Arab yang dihidupkan lagi setelah kematian Yazid II.
Beberapa Khalifah memanjakan diri dengan kemewahan.
Beberapa Khalifah bersikap tidak adil terhadap warga negara sehingga menjadi kecewa dan ingin dibebaskan diri dari mereka.
Keadaan pertanian hancur dan perbandaharaan kosong.
Para menteri yang diberi kepercayaan justru mementingkan permasalahan mereka sendiri dan menyembunyikan segala permasalahan pemerintah.
Gaji pasukan perang tidak dibayarkan.
Para musuh meminta bantuan untuk menyerang/melawan meraka, tetapi mereka tidak mampu menyerang serangan karena pembantu sangat sedikit.
Penyembunyian berita-berita merupakan salah satu faktor dasar  penyebab runtuhnya kerajaan.
B.  Ekspansi Wilayah Dinasti Bani Umayyah
Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali, dilanjutkan kembali oleh dinasti ini. Di zaman Muawiyah,Tuniasia dapat ditaklukan. Disebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai oxus dan Afghanistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke Ibukota Binzantium, Konstantinopel.ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd al-Malik. Ia mengirim tentara menyebrangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Markhand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Walid ibn Abdul Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban. Umat Islam mersa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. setelah al-Jajair dan Marokko dapat ditaklukan, Tariq bin ziyad, pemimpin pasukan Islam,menyeberangi selat yang memisahkan antara Marokko dengan benua Eropa, dan mendapat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat ditaklukkan. Dengan demikian Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Kordova, dengan cepat dikuasai. Menyusul kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Kordova. Pada saat itu, pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Di zaman Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Prancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Abdurahman ibn Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana ia menyerang Tours. Namun dalam peperangan di luar kota Tours, al-Qhafii terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayyah.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah baik di Timur maupun Barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah sangat luas. Daerah-daerah tersrebut meliputi: Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek dan Kirgis di Asia Tengah (Nasution, 1985:62).

No comments:

Post a Comment

Laporan Magang III Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pendewasaan peserta didik melalui pembelajaran se...