APLIKASI METODE
DEMONSTRASI, EKSPERIMEN DAN RESITASI DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADIST DI
MADRASAH KELAS VIII (TSANAWIYAH)
“Makalah ini untuk didiskusikan pada mata kuliah Pembelajaran
Al-Qur’an Hadist”
Dosen Pengampu:
Ariandra Satria, M.Pd.I
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Dinda Nurramadana (1532100107)
Martha Dwi Sari (1532100175)
Monika Putri (1522100044)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2018
A.
Pendahuluan
Metode adalah
cara yang fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan makin baik metode itu,
makin efektif pula pencapaian tujuan. Dengan demikian tujuan merupakan faktor
utama dalam menetapkan baik tidaknya penggunaan suatu metode. Dalam hal metode
mengajar, selain faktor tujuan, murid, situasi, fasilitas dan faktor guru turut
menentukan efektif tidaknya penggunaan metode. Karenanya metode mengajar itu
banyak sekali dan sulit menggolong-golongkannya. Lebih sulit lagi menetapkan
metode mana yang memiliki efektifitas paling tinggi.
Namun demikian,
ada sifat-sifat umum yang terdapat pada metode yang satu tidak terdapat pada
metode yang lain. Dengan mencari ciri-ciri umum itu, menjadi mungkin untuk
mengenali berbagai macam metode yang lazim dan praktis untuk dilaksanakan dalam
proses belajar mengajar. Dari pengertian di atas, dapat di simpulkan bahwa
metode belajar mengajar adalah cara-cara atau jalan yang digunakan dalam rangka
mentransfer ilmu dari guru kepada siswa dalam rangka untuk mencapai tujuan
pendidikan yang efektif dan efisien.[1]
B.
Kompetensi Guru
Guru harus
mempunyai kompetensi tertentu yaitu seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya. Seorang guru yang profesional sangat
dituntut untuk dapat menguasai materi secara mendalam, struktur, konsep, dan
metode keilmuan yang koheren dengan materi ajar, hubungan konsep antar mata
pelajaran terkait, dan mampu menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari.[2]
Adapun guru harus memiliki kompetensi dalam menggunakan metode-metode tersebut,
seperti metode demonstrasi, metode eksperimen, metode resitasi:
1.
Metode Demonstrasi
Guru di tuntut
menguasai bahan pelajaran serta mengorganisasi kelas, jangan sampai guru
terlena dengan demonstrasinya tanpa memperhatikan siswa secara menyeluruh.
Adapun menurut pemakalah dalam metode demonstrasi guru di tuntut memiliki
kompetensi professional, karena kompetensi profesional merupakan kompetensi
guru yang berkaitan dengan penguasaan teori-teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik, serta memahami dan mengembangkan potensi peserta
didik.[3]
2.
Metode Eksperimen
Adapun
kompetensi yang harus dimiliki guru dalam metode eksperimen menurut pemakalah, yaitu kompetensi
profesional. Karena kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam
mengikuti perkembangan ilmu terkini karena perkembangan ilmu selalu dinamis.
Kompetensi profesional yang harus terus dikembangkan guru dengan belajar dan
tindakan reflektif. Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam
menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: konsep,
struktur, metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar.
3.
Metode Resitasi
Adapun dalam
metode resitasi ini kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu profesional.
Karena metode pemberian tugas diberikan dalam berbagai kegiatan belajar dari
berbagai kegiatan belajar dari semua materi pendidikan. Namun demikian, tidak
berarti setiap kali harus menggunakan metode ini. Oleh karena itu dibutuhkan
profesionalisme pendidik dalam mengaplikasikan metode pemberian tugas yang
sesuai dengan situasi dan kondisi yang kondusif.[4]
C.
Pemilihan Metode Pembelajaran
Ada beberapa hal yang diperlukan dalam pemilihan metode:
1.
Metode Demonstrasi
a)
Perhatian siswa dapat dipusatkan
kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal-hal yang penting
dapat diamati seperlunya. Perhatian siswa lebih mudah dipusatkan pada proses
belajar dan tidak tertuju pada pada hal-hal lain.
b)
Dapat mengurangi beragam
kesalahan apabila dibandingkan dengan halnya membaca di dalam buku, karena siswa telah
memperoleh gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya.
c)
Apabila siswa turut
aktif bereksperimen, maka anak didik akan memperoleh pengalaman-pengalaman
untuk mengembangkan kecakapannya dan memperoleh pengakuan dan penghargaan dari
teman teman dan gurunya.
Jadi dalam pemilihan metode
demonstrasi guru harus bisa mengatur kelas agar perhatian siswa selalu terfokus
kepada guru karena jika siswa sudah merasa bosan maka proses pembelajaran akan
menjadi tidak efektif. Guru juga harus memahami seluruh materi yang akan
diajarkan karena jika guru tidak memahami isi materi yang akan di
demonstrasikan metode akan menjadi tidak efektif dikarenakan guru tidak
memahami isi materi.
2.
Metode Ekperimen
a)
Dalam eksperimen setiap
siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi
percobaan harus cukup bagi setiap siswa.
b)
Agar eksperimen itu
tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya
tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan
harus baik dan bersih.
c)
Pengalokasian waktu yang
cukup agar siswa teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan,
sehingga dapat menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang di pelajari itu.
d)
Anak didik dalam
eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka perlu di beri petunjuk yang
jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta
keterampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu di perhitungkan oleh guru
dalam memilih obyek eksperimen itu.
e)
Tidak semua masalah bisa
dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan
sosial dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain, karna sangat terbatasnya
suatu alat, sehingga masalah itu tidak dapat di eksperimenkan karna belum
tersedianya alat pendukung. Metode eksperimen pada dasarnya lebih tepat di
terapkan pada proses pembelajaran bidang Sains, karna bidang ini memiliki
karakteristik uji empiris, namun demikian dalam bidang pendidikan agama Islam
metode tersebut dapat diadopsi dengan mengambil bagian-bagian langkahnya untuk
diterapkan dalam proses pembelajarannya.[5]
Menurut kesimpulan pemakalah dalam
pemilihan metode eksperimen guru harus menyiapkan materi yang cocok untuk
metode eksperimen tersebut dikarenakan tidak semua materi cocok digunakan
dengan metode eksperimen, kemudian guru
harus selalu mengawasi peserta ketika melakukan metode eksperimen agar siswa terawasi serta
metode berjalan dengan efektif.
3.
Metode Resitasi
Karakteristik Metode Resitasi Metode
pemberian tugas merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada pemberian
tugas oleh guru kepada anak didik untuk menyelesaikan sejumlah kecakapan,
keterampilan tertentu. Selanjutnya hasil penyelesaian tugas tersebut di pertanggung
jawabkan kepada guru. Dalam pelaksanaannya anak didik tidak hanya dapat
menyelesaikan dirumah akan tetapi juga dapat menyelesaikan di perpustakaan,
laboratorium, ruang praktikum dan lain sebagainya. Metode Resitasi (pemberian tugas),
disamping merangsang siswa untuk aktif belajar, baik secara individual maupun
secara kelompok, juga menanamkan tanggung jawab. Oleh sebab itu tugas dapat diberikan
secara individual atau secara kelompok. Dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam, metode resitasi bisa digunakan untuk berbagai materi yang terkait erat
dengan aspek knowldge, aspek afeksi dan psikomotor. Materi
yang bisa diajarkan dengan metode reitasi ini misalnya, materi tentang sejarah
islam, syarat dan rukun shalat atau ibadah mahdah lainnya.
Adapun menurut pemakalah dalam pemilihan metode resitasi
guru harus sudah membuat tugas untuk peserta, karena metode resitasi guru
memberikan tugas kepada peserta untuk dikerjakan dikerjakan dirumah, jadi guru
sudah menyiapkan materi yang akan diajarkan dan materi tugas yang akan
diberikan kepada peserta agar guru tidak kesulitan dalam memberikan tugas
kepada peserta.
D.
Komponoen Pengembangan Metode Pembelajaran Demonstrasi, Eksperimen,
Resitasi
1.
Metode Demonstrasi
Adapun variasi
gaya belajar metode demonstrasi, guru harus memiliki kreatifitas agar dapat
merangsang peserta didik untuk lebih aktif mengikuti proses pembelajaran, meningkatkan
perhatiannya terhadap materi yang disampaikan, menambah pengalamannya, mengurangi
kesalah pahamannya karena pembelajaran lebih jelas dan konkret, serta dapat
memecahkan semua persoalan yang timbul dalam alam pikiran peserta didik.
Sedangkan Dengan Media demonstrasi akan menjadi metode yang kurang tepat
apabila alat-alat yang didemonstrasikan tidak memadai atau tidak sesuai
kebutuhan. Demonstrasi menjadi kurang efektif apabila tidak diikuti dengan
sebuah aktifitas dimana siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan tidak dapat
menjadikan aktifitas itu sebagai pengalaman yang berharga. Tidak semua hal
dapat didemonstrasikan di dalam kelas.[6]
2.
Metode Eksperimen
Metode
Eksperimen dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen siswa
diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisi, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri mengenai suatu objek keadaan atau proses tertentu .[7] Sedangkan
dengan media menurut pemakalah guru harus kreatif dalam menyesuaikan media
dengan materi yang akan dijelaskan. Karena metode ini kebanyakan di gunakan
pada materi sains.
3.
Metode Resitasi
Menurut pemakalah bahwasannya dalam penerapan metode resitasi guru
harus memiliki kreatifitas dalam proses belajar mengajar dan guru tidak
terfokus hanya dengan satu tugas saja, agar siswa tidak bosan. Adapun dengan
media guru harus menggunakan media yang unik karena terkadang siswa juga bosan
jika hanya diberikan tugas tanpa ada media yang membuat mereka tertarik.
E.
Kelebihan, Kekurangan dan Solusi Metode Pembelajaran Demonstrasi,
Eksperimen dan Resitasi
1.
Metode Demonstrasi
Ialah cara
penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik
yang sebenarnya maupun tiruannya. Metode ini banyak digunakan dalam rangka
mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan
proses pengaturan dan pembuatan sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses
mengerjakannya atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu,
membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan juga untuk mengetahui dan
melihat kebenaran sesuatu.[8]
No
|
Kelebihan
|
Kekurangan
|
Solusi
|
1
|
Melalui
metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa
disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
|
Metode
demonstari memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang
memadai demonstari bisa gagal seshingga dapat menyebababkan metode ini tidak
efektif lagi, bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukkan suatu
proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu,
sehingga dapat memakan waktu yang banyak.
|
Guru
menentukan hasil yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran.
|
2
|
Proses pembelajaran akan lebih
menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang
terjadi.
|
Demonstari
memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti
penggunaan metode ini memerlukan pembiyaaan
yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
|
Jika peralatan,
bahan-bahan, dan tempat yang tidak memadai guru harus cermat dalam
mengatasinya. Jika peralatan pembiyaaan
yang lebih mahal maka guru bisa mencari bahan lain yang lebih
terjangkau.
|
3
|
Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki
kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.
|
Demonstari
memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru
dituntut untuk bekerja lebih professional. Disamping itu demonstrasi juga
memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan
pembelajaran siswa.
|
Guru harus
memiliki keterampilan saat mendemonstrasikan, agar seluruh peserta didik
dapat mengikuti pelaksanaan demonstrasi sehingga mereka memperoleh pengertian
dan pemahaman yang sama.
|
2.
Metode Eksperimen
Metode
eksperimen merupakan metode upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal. Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran, yang
berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan
memberi latihan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu.[9]
No
|
Kelebihan
|
Kekurangan
|
Solusi
|
1
|
Membuat
peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaannya
|
Metode ini
lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi
|
Guru harus
menyesuaikan materi dengan metode eksperimen terlebih dahulu.
|
2
|
Dalam membina
peserta didik untuk membuat terobosan baru dengan penemuan dari hasil
percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia
|
Metode ini
memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah
diperoleh dan kadang kala mahal
|
Guru harus
menyiapkan alat-alat terlebih dahulu.
|
3
|
Hasil-hasil
percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.
|
Metode ini
menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan
|
Hendaknya
guru mengontrol saat peserta melakukan metode tersebut. Agar mempermudah
siswa untuk bertanya, jika peserta tidak mengerti.
|
3.
Metode Resitasi
Metode Resitasi
(Pemberian tugas) adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar bilamana guru
memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut di
pertanggung jawabkan kepada guru. Dengan cara demikian diharapkan agar murid
belajar secara bebas bertanggung jawab dan murid-murid akan berpengalaman
mengetahui berbagai kesulitan kemudian berusaha untuk ikut mengatasi
kesulitan-kesulitan itu.[10]
Namun dalam metode ini terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan.[11] Adapun
kami juga mempunyai solusi untuk mengatasi kekurangan dari metode resitasi
tersebut.
NO
|
Kelebihan
|
Kekurangan
|
Solusi
|
1
|
Peserta didik
belajar membiasakan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam segala tugas yang
diberikan.
|
Peserta didik
yang sulit menangkap susah dalam belajar.
|
Sesuaikan
tugas-tugas yang diberikan itu dengan kemampuan peserta didik.
|
2
|
Meringankan
tugas pendidik yang diberikan.
|
Kemungkinan
tugas yang diberikan tapi dikerjakan oleh orang lain.
|
Adakan
pengontrolan terhadap tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik supaya
peserta didik tidak memberikan hasil tugas yang dikerjakan orang lain.
|
3
|
Dapat
mempertebal rasa tanggung jawab. Karena hasil-hasil yang dikerjakan
dipetanggung jawabkan dihadapan pendidik.
|
Kadang-kadang
peserta didik menyalin atau meniru pekerjaan temannya sehingga pengalamannya
sendiri tidak ada.
|
Tugas-tugas
yang diberikan kepada pendidik jangan diberikan berkepanjangan, tapi lakukan
secara berkali-kali.
|
4
|
Memupuk anak
agar mereka dapat berdiri sendiri tanpa mengharapkan bantuan orang lain.
|
Kadang-kadang
pembahasannya kurang sempurna.
|
Maka guru
harus menyiapkan materi.
|
5
|
Mendorong
peserta didik supaya suka berlomba-lomba untuk mencapai sukses.
|
Bila tugas
terlalu sering dilakukan oleh peserta didik akan menyebabkan peserta didik
asal mengerjakan saja karena mereka menganggap tugas-tugas tersebut
membosankan.
|
Guru harus
menggunakan metode lain agar peserta didik tidak bosan.
|
6
|
Hasil
pelajaran akan tahan lama karena pelajaran sesuai dengan minat peserta didik.
|
Mencari
tugas-tugas yang sesuai dengan
kemampuan setiap individu sulit, jalan pelajaran lambat dan memakan
waktu yang lama.
|
Sebelumnya
guru harus menjelaskan materi kepada siswa sampai mereka memahami isi materi
agar mereka tidak bingung dalam mengerjakan tugas.
|
7
|
Dapat
memperdalam pengertian dan menambah keaktifan dan kecakapan peserta didik.
|
Kalau peserta
didik terlalu banyak kadang-kadang pendidik tak sanggup memeriksa tugas-tugas
tersebut.
|
Bisa
menggunakan cara membagikan hasil tugas mereka, tapi diperiksa oleh
teman-teman mereka atau di selang-seling. Contoh si A mengoreksi hasil tugas
si B begitu sebaliknya si C mengoreksi hasil tugas si A. Jadi memudahkan guru
dalam mengoreksi tugas peserta didik.
|
8
|
Waktu yang
dipergunakan tak terbatas sampai pada jam-jam sekolah.
|
|
|
F.
Penutup
Metode Demonstrasi ialah cara penyajian pelajaran dengan meragakan
atau mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi atau
benda tertentu yang sedang dipelajari, baik yang sebenarnya maupun tiruannya. Jadi
guru tidak cukup menjelaskan materi namun guru juga mendemonstrasikan materi
yang akan diajarkan agar siswa dapat mengetahui secara langsung dan siswa juga
turut dalam mendemonstrasikannya. Metode eksperimen merupakan metode upaya
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar
tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, namun guru juga harus
mengawasi peserta didik ketika melakukan eksperimen agar siswa terus terpantau
dalam melakukan eksperimem, sedang metode resitasi (Pemberian tugas) adalah
suatu cara dalam proses belajar mengajar bilamana guru memberi tugas tertentu
dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut di pertanggung jawabkan
kepada guru, jadi ketika materi telah selesai guru memberikan tugas kepada
peserta didik untuk mengerjakan dirumah agar menumbuhkan rasa tanggung jawab
kepada peserta didik untuk menyelesaikan tugasnya. Jadi dapat pemakalah
simpulkan bahwasannya dalam ke tiga metode ini guru harus memiliki empat
kompetensi guru, yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, professional. Terutama
kompetensi professional agar guru bisa mengatasi proses pembelajaran agar
menjadi aktif karena kompetensi professional ini dapat dilihat dari kemampuan
guru dalam penguasaan teori-teori belajar dan selalu mengikuti perkembangan
ilmu terkini karena perkembangan ilmu selalu dinamis.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto dkk. 2015. Pengembangan
Karir Profesi Guru. (Yogyakarta: Penerbit Gava Media)
Dradjat, Zakiah. 2001. Metodik Khusus Pengajaran Agama
Islam. (Jakarta: Bumi Aksara DEPAG)
Nata, Abuddin.
2014. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Prenada
Media Group)
Nurlaila. 2017. Pengelolaan
Pengajaran. (Palembang: CV. Amanah)
Rusmaini. 2014. Ilmu Pendidkan. (Palembang:
Grafika Telindo Press)
Sanjaya, Wina. 2011. strategi
pembelajaran. (Jakarta : Kencana)
Sudirman. 1987. Ilmu Pendidikan. (Bandung:
Remaja Karya)
Trianto. 2013. Desain
Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini. (Jakarta: Kencana)
Yunus, Mahmud. 1990. Metodik
Khusus Pendidikan Agama. (Jakarta: PT. Hidakarya Agung)
[1] Nurlaila, Pengelolaan Pengajaran, (Palembang:
CV. Amanah, 2017), hlm. 39-40
[2]
Daryanto dkk, Pengembangan Karir Profesi Guru, (Yogyakarta: Penerbit
Gava Media, 2015), hlm. 1-6
[3] Daryanto dkk, Pengembangan Karir Profesi…,
hlm. 83-86
[4] Rusmaini, Ilmu Pendidkan, (Palembang:
Grafika Telindo Press, 2014), hlm. 122
[5] Zakiah Dradjat, Metodik Khusus
Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara DEPAG, 2001), hlm. 125-127
[6] Rusmaini,
Ilmu Pendi…, hlm. 122
[7]
Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana , 2011), hlm. 187
[8] Abuddin
Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2014), hlm. 183
[9]
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini, (Jakarta:
Kencana, 2013), hlm. 192
[10]
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya
Agung, 1990), hlm. 61
[11]
Sudirman, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Karya, 1987), hlm. 145
No comments:
Post a Comment